Guru Biasa versus Guru Luar Biasa

Guru Biasa versus Guru Luar Biasa
0 Komentar

Baginya, kewajiban dianggap sudah terpenuhi manakala seluruh siswa telah mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan.

Adapun tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dalam setiap evaluasi yang dilakukan dijadikan satu-satunya parameter untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran. Guru semacam ini biasa disebut juga guru “saongkoseun”.

Ciri lain yang dimiliki oleh guru biasa adalah (terlalu) menggantungkan hidupnya dari tempat dimana mereka bekerja.

Baca Juga:Harga Meroket, Penimbun Bawang Putih Bakal DitindakPerayaan Cap Go Meh di Karawang Diguyur Hujan Deras

Guru jangan pasrah pada keadaan

Dunia seakan runtuh apabila mereka tidak lagi bekerja di tempat tersebut. Padahal, di luar sana cukup banyak peluang dan kesempatan yang bisa diraih untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

Adapun rendahnya motivasi untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya dari waktu ke waktu juga menjadi pembeda guru biasa dengan guru luar biasa di samping kinerjanya yang belum sesuai harapan.

Demikian pula dalam menyikapi keterbatasan (sarana) yang dimiliki oleh lembaga, guru biasa hanya bisa pasrah pada keadaan dan tidak berusaha membuat perubahan.

Mereka cederung memilih untuk menunggu datangnya perubahan atau perbaikan seiring pergantian pucuk pimpinan di lembaga tempat mereka bekerja. Mereka enggan mencari solusi lain untuk mengatasi permasalahan yang ada.

Berbeda dengan guru biasa, guru luar biasa adalah mereka yang menjadikan pekerjaannya sebagai panggilan jiwa. Mampu mempersembahkan performa terbaiknya di dalam dan di luar kelas menjadi tujuan utamanya.

Harus terus berinovasi

Guru luar biasa juga dapat dilihat dari kreativitasnya dalam menciptakan berbagai karya inovasi pembelajaran serta menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Kecilnya pendapatan bukanlah halangan baginya untuk terus berinovasi.

Selain itu, guru luar biasa juga sangat jeli melihat berbagai peluang sehingga mampu meningkatkan “nilai jual” mereka di hadapan pengelola lembaga maupun di luar lembaga.

Baca Juga:Bayar Rp 99 Ribu, Makan Sepuasnya di San-Kai RestoUsir Wartawan, Oknum Pegawai RS Lira Terancam Dipolisikan

Keterbatasan atau kekurangan yang ada pada lembaga mereka jadikan tantangan untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik tanpa harus menunggu lebih lama.

Selalu berpikir solutif mereka tunjukkan setiap kali menghadapi permasalahan.

Dalam konteks keterbatasan sarana dan media pembelajaran, guru luar biasa akan berusaha semaksimal mungkin memanfaatkan berbagai benda yang ada di sekitar lingkungan sekolah.

0 Komentar