IKA UPI Desak Pemerintah Tertibkan LPTK Abal-abal

IKA UPI Desak Pemerintah Tertibkan LPTK Abal-abal
0 Komentar

Program harus lebih banyak delivered, dari sekadar sent. Lebih banyak diterima oleh mereka yang kita targetkan. Nah, banyaknya program-program kita statusnya sent. Program terlaksana, anggaran terserap, tapi delivered-nya lemah. Dibanding ekspektasi terhadap kualitas yang kita dapatkan masih lemah,” tegas Iwan yang baru dilantik menjadi Direktur Jenderal GTK pada Jumat pekan lalu.

Tak hanya itu, mengutip Studi Video TIMSS pada 2015 lalu, Iwan menilai tidak adanya perbedaan praktik mengajar dan hasil belajar siswa antara guru-guru bersertifikasi dengan guru-guru bersertifikasi. Malah guru-guru bersertifikasi cenderung menggunakan pendekatan yang berpusat pada guru.

Rendahnya outcomes juga tampak jelas dari skor assesmen internasional seperti Programme for International Student Assessment (PISA). Hasil assesmen menunjukkan tidak adanya peningkatan secara konsisten dan signifikan pada performa siswa Indonesia. Bahkan, performa siswa Indonesia pada PISA 2018 menurun dibanding 2015 lalu.

Baca Juga:TNI Polri Kawal Distribusi Bantuan SosialTak Indahkan Sosial Distancing, Kantor Pos Kena Tegur Satpol PP

“Mas Menteri menerjemahkan delivered dalam konteks pendidikan adalah kualitas hasil belajar siswa. Artinya, yang kita inginkan adalah keualitas belajar siswa menjadi lebih baik. Itu yang menjadi acuan program yang kita lakukan. Setiap program yang kita lakukan harus bisa menjawab kualitas belajar siswa. Tidak hanya program terlaksana dan anggaan terserap. Karena itu, dalam kerangka utama transformasi guru yang sudah dipresentasikan kepada Presiden, murid diletakkan paling atas,” terang Iwan.

“Ini kami dilakukan Kemendikbud, melakukan inovasi seperti ditekankan oleh Pak Enggar tadi. Kita harus melakukan ekperimentasi dengan ide-ide baru dan keberanian meninggalkan pola-pola lama, cara-cara lama, yang kita sudah tahu bahwa hasilnya tidak mencapai pada delivered kualitas yang kita inginkan,” tambah Iwan.

Lebih jauh mantan Dekan Fakultas Pendidikan Sampoerna University ini menjelaksan, kebijakan Merdeka Belajar dalam konteks guru dan tenaga kependidikan menempatkan murid sebagai tujuan utama. Lalu, sekolah berperan sebagai unit inovasi utama. Untuk melakukan itu, perlu program-program yang penciptanya adalah sekolah-sekolah penggerak.

Sekolah penggerak ini ditopang lima pilar utama. Pertama, transformasi kepemimpinan pendidikan. Kedua, transformasi pendidikan profesi guru (PPG) prajabatan. Ketiga, pengembangan ekosistem belajar guru di setiap provinsi. Keempat, komunitas pendidikan yang bergotong-royong untuk tujuan yang sama. Kelima, regulasi, tata kelola, dan koordinasi dengan pemerintah daerah. “Dalam budaya kita, mau tidak mau, pemimpin itu adalah kunci. Pemimpinnya sudah oke, ekosistemnya bisa lebih cepat. Bergerak lebih cepat lagi. Sedangkan selama ini hal ini mungkin belum menjadi perhatian Kemendikbud sebelumnya. Dengan kata lain, ini adalah bentuk inovasi yang kita kembangkan.

0 Komentar