Pembelajaran Daring Asyik Ga Bikin Salting

Pembelajaran Daring Asyik Ga Bikin Salting
0 Komentar

Saya mencoba untuk melihat dari dekat yang terjadi di SMAN 1 Banjar Margo, ternyata tidak semua siswa ekstrovert, mampu mengungkapkan jawaban dan pendapatnya secara lisan tanpa terbebani tentang apa tanggapan temannya, namun ada beberapa siswa yang introvert, mereka cenderung pemalu dan tidak percaya diri dalam berpendapat.
Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini dan tidak pernah ada yang tahu kapan harus berakhir, membuat siswa introvert/ pemalu dan kurang percaya diri merasa tertolong dengan dilakukan belajar daring/ online. Mereka lebih asyik belajar, menjawab pertanyaan guru dan mengungkapkan pendapatnya, tanpa harus maju presentasi di depan kelas, atau membacakan hasil rangkuman kelompoknya di depan teman, yang sering membuat mereka salah tingkah (salting), karena si pemalu bingung mau bagaimana, hingga tak jarang memancing teman untuk kompak tertawa.

Sosok Adi misalnya, sebelum pandemi, ketika dia harus maju membacakan hasil diskusi kelompoknya, dia terlihat gugup, tangan kiri dibiarkan gemetar memegang kertas sambil membaca dan membiarkan tangan kanannya masuk ke dalam kantong celana. Terkadang dari belakang ada suara  Toto yang meledek,  “ Nggak ilang kok Di jimatmu” yang disambut dengan gelak tawa temannya, tetapi tetap saja Adi tak melepas tangan dari kantongnya. Demikian juga Ira dan Irma. Setiap mereka maju menjelaskan jawaban di hadapan teman-temannya, mereka selalu menjawab sambil memegang ujung jilbab yang dikenakan, bahkan tak jarang tanpa sadar ujung jilbab diputar-putar di jari tangannya sehingga teman harus mengalihkan pertanyaan ada apa di ujung jilbabnya? Inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan pendekatan terhadap mereka.

Menurut Tasya Talita Rasa percaya diri bukan terbentuk dari sejak lahir atau keturunan. Rasa percaya diri terbentuk oleh proses sosialisasi yang telah dijalani selama perjalanan hidupnya. Kita semua tahu, bahwa masa SMA merupakan  masa perubahan interaksi social, dari lingkungan SMP pada lingkungan baru di SMA, dan bukan tidak mungkin saat itu muncul perasaan dimana saling menyukai dengan lawan jenis, baik itu dengan teman satu kelas, adik kelas dan senior.  Dulu banyak cara yang dilakukan untuk mengungkapkan rasa suka dengan lawan jenis.  Bagi  jiwa yang pemberani, biasanya secara langsung mengungkapkan perasaan kepada orang yang disukaimya. Tetapi  bagi sipemalu cenderung menahan diri, mencoba-coba mencari jalan keluar, sangat berhati-hati agar jangan sampai ada orang yang tahu. Dengan kata lain, bukan tidak mungkin rasa grogi dan tidak percaya diri siswa SMA juga terbentuk dari berbagai macam perasaan dan pengalaman yang terjadi pada saat berinteraksi sosial baik dengan lingkungan yang baru ataupun dengan lingkungan yang lama. Terlebih merasa malu dan salah tingkah jika banyak yang memperhatikan, bukan hanya takut salah, tapi ada sosok lain yang merasa  memperhatikannya, yaitu orang yang dia kagumi atau sebaliknya.

0 Komentar