Perawat Raisa

Perawat Raisa
Gubernur Khofifah ketika melihat cara kerja robot Raisa di RS Unair. Pemprov Jawa Timur, ITS, dan Unair kali ini bersatu untuk satu tujuan: Lawan Corona!
0 Komentar

Tapi saya bisa minta tolong seorang dokter. Saya titip pertanyaan untuk perawat di sana. Saya kenal dokter itu. Si dokter kenal perawat itu. ”Turun 60 persen,” adalah kata-kata perawat ke DI’s Way lewat sang dokter.

Raisa terbukti bisa menunjukkan prestasi kerja. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa pun memesan lagi dua Raisa. Sedang anggaran dari Kementerian Ristek Dikti masih cukup untuk membuat satu Raisa lagi. Berarti akan ada tiga Raisa baru di Rumah Sakit Unair.

”Yang satu sudah selesai. Dua Raisa lainnya bisa jadi dalam enam hari ke depan,” ujar Rudy.

Baca Juga:Pasien 01 P ositif Covid-19 Masih Diisolasi di RSUDJelang PSBB, 178 Warga Mundusari Terima Bantuan Sembako Gubernur

Rudy kini lagi menyelesaikan S3 di ITS. Yang penelitiannya juga tentang robot. Khususnya robot sepak bola. ”Robot sepak bola itu paling advance,” ungkap Rudy.

Ia sendiri bukan pemain bola. Hanya suka menontonnya. Tapi membuat robot sepak bola sungguh sulit. ”Tiap tahun ada pertemuan ahli robot sepak bola,” kata Rudy. ”Tahun ini mestinya di Prancis. Batal gara-gara Covid-19,” tambahnya.

Rudy ini anak Sidoarjo –dari Desa Sukodono. Sampai sekarang ia masih tinggal di desa itu. Tiap hari PP ke ITS di kawasan timur Surabaya.

Tentu SMA-nya juga di Sidoarjo –SMAN 1, satu kandang dengan Rektor ITS sekarang.

Setamat S-1 Elektro ITS, Rudy ambil double degree: di ITS dan di Fachhochschule Darmstadt, Jerman.

Tim ITS, katanya, bisa membuat Raisa hanya dalam dua minggu berkat pengalaman panjangnya.

ITS sudah punya tim robot yang mapan. Tiap tahun ada saja gelar juara yang diraih. Baik tingkat nasional maupun internasional.

Baca Juga:TNI Sebar Takjil dan Makanan di Depan Koramil PusakanagaraCovid-19 dan Ramadan Tak Hentikan Bisnis Miras, Satnarkoba Polres Sita Ribuan Botol

Misalnya tim robot sepak bola itu –juara nasional. Itulah robot sepak bola pertama ITS –dengan penggerak roda. Tahun berikutnya lebih maju lagi. Disebut robot Ichiro –penggeraknya sudah bukan roda lagi. Pemain sepak bolanya sudah berlari dengan kaki.

Lalu diciptakan lagi robot Barunastra –robot kapal. Yang kita tahu pergerakan kapal itu juga begitu sulitnya –terutama saat ”take off” dan ”landing”.

Tiga robot ITS itu semuanya sudah serba otomatis. Bisa diandalkan. Motonya: Satu hati. Untuk negeri. Wani!

0 Komentar