Sate Empal Prapatan Jadi Langganan Para Pejabat

Sate Empal Prapatan Jadi Langganan Para Pejabat
KULINER: Penjual Sate Empal Prapatan Tisna saat melayani pembeli Empal yang berjualan di Kawasan Flyover Pamanukan. YOGI MIFTAHUL FAHMI/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

Sudah Berjualan Sejak Tahun 1982

PAMANUKAN– Belum lengkap rasanya kalau ke Pamanukan tidak mencicipi kuliner yang terkenal di kota Pamanukan yakni Sate Empal Prapatan. Berdiri sejak tahun 1982, Sate Empal yang persis disebelah barat daya perempatan Under Flyover Pamanukan ini memiliki cerita tersendiri.

Ketika ditemui Pasundan Ekspres Tisna (47) menuturkan, Sate dan Empal Sapi telah hadir sejak 1982 dari Ibunya yakni Ibu Arina. Tisna menyebut, tidak ada perbedaan secara signifikan antara Empal gentong Cirebon dengan Empal di Pamanukan.
“Sebab ibu saya itu Orang Cirebon, merantau kesini. Bedanya kalau disana ya gentongnya jadi ciri khas, kalau rasa tidak jauh beda karena aslina sana juga sebetulnya,” kata Tisna.

Ia mengingat, dulu empal yang dijual pada medio tahun 1982 mulai dari harga Rp250 hingga berkembangnya jaman menjadi Rp15.000 per porsinya. Sedangkan untuk sate dijual seharga Rp20.000 untuk 1 porsi atau 10 tusuk.

Baca Juga:Bupati Apresiasi Penyelenggaraan Karawang Wedding FairPuluhan Guru SLB Dibintek

“Kalau empal sama nasi sekitar Rp20.000, ya berkembangnya jaman konsumen juga tahu harganya seperti apa,” ucapnya.
Menurutnya, keberadaan Sate Empal Prapatan ini juga seperti saksi sejarah perkembangan Pamanukan yang mulai berkembang menjadi wilayah perkotaan. Sebab kata Tisna, dulu dibelakang tempatnya kini berjualan adalah dealer motor.

“Dulu 1980 dealer motor pandawa, juga sebelum ada PTC ya kita berkembang bersama pasar,” ucapnya.

Ia juga menyebut keberadaan, flyover juga secara tidak langsung berdampak penjualanya. Ada keuntungan yang didapat dari adanya flyover Pamanukan.

“Ya cukup bantu, ke tempat jualan juga ke konsumen jadi mulai membentuk pelanggan, karena mobil-mobil besar lewatnya atas tidak bawah lagi,” jelasnya.

Sementara itu, Soleh (49) Ipar dari Tisna yang juga membantu berjualan menyebut, keberadaan Sate Empal berkembang secara turun temurun. Bahkan ia dan Tisna merupakan generasi ketiga dari keluarganya di Pamanukan yang melanjutkan usaha sate dan empal.

“Bisa dikatakan juga sudah melegenda hingga ke sekarang. Konsumen tidak hanya orang sini, kadang ada yang kesini bawa ke Jakarta, ke Bandung, bahkan sampai pelanggan lama, turun juga ke anak cucunya kalau ke pamanukan ya kadang kesini,” ucap Soleh.

0 Komentar