Implementasi Kurikulum Merdeka, Menjajah Siswa, Benarkah?

Implementasi Kurikulum Merdeka, Menjajah Siswa, Benarkah?
0 Komentar

Oleh :

Ninuk Dyah Ekowati, M.Pd. (Guru di SMAK St. Hendrikus, Surabaya)

Kurikulum merdeka sudah dicanangkan dan diimplementasikan di sekolah, bagaimana tanggapan atau respon siswa terhadap kebijakan baru yang merdeka ini ? Ada keluhan dari seorang peserta didik karena tugasnya yang banyak, salah satu tugasnya adalah merangkum hampir sebagian besar isi buku sebuah mata pelajaran. Di sekolah lain lain terdapat peserta didik yang mengungkapkan kegundahannya kepada guru, tentang tugas yang membebani. Sementara, guru mengomentari bahwa inilah kurikulum merdeka. Akhirnya, muncul slogan “Isih penak jamanku to (bahasa Indonesia: Masih enak zaman saya kan) atau Piye kabare, isih penak jamanku to (bahasa Indonesia: Bagaimana kabarnya, masih enak zaman saya kan).”

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata merdeka adalah tidak terkena atau lepas dari tuntutan. Contoh: Merdeka dari tuntutan penjara seumur hidup. Arti lainnya dari merdeka adalah bebas (dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya). Bayangan dari seorang siswa, bahwa siswa akan mengalami kebebasan, tanpa tuntutan.

Baca Juga:Jelang Hari Raya Idul Fitri PLN UP3 Karawang Jaga Kehandalan Pasokan Listrik dengan Menggelar Apel SiagaKekurangan Bonus Atlet Porprov XIV Rp4 Miliar Belum Cair

Sementara itu, Kurikulum Merdeka yang dimaksud adalah memberikan keleluasaan kepada pendidik untuk menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik. Kurikulum Merdeka fokus pada materi esensial, relevan, dan mendalam sehingga mempunyai waktu cukup untuk membangun kreativitas dan inovasi peserta didik dalam mencapai kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.

Literasi yang dimaksud adalah suatu kemampuan seseorang untuk menggunakan potensi dan keterampilan dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan aktivitas membaca dan menulis. Literasi berarti suatu kemampuan individu dalam mengolah dan memahami informasi ketika melakukan kegiatan membaca dan menulis. Dengan kata lain, literasi ialah seperangkat keterampilan dan kemampuan seseorang dalam membaca, menulis, berhitung serta memecahkan masalah dalam kehidupannya sehari-hari. Literasi yang paling tinggi tingkatannya adalah literasi menulis meskipun aktualisasi itu tidak lepas dari kegiatan membaca, mendengar dst.

Berdasarkan kata literasi terdapat kegiatan membaca, menuliskan, dan memecahkan masalah. Pertama dan utama adalah fokus membaca dan menulis dipergunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat siswa berhasil dapat memecahkan persoalan dalam kehidupannya maka secara otomatis siswa akan dengan suka rela mencari referensi untuk melakukan tindakan membaca dan menulis. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah kreativitas guru untuk memberikan stimulus agar siswa tertarik untuk membaca dan menulis.

0 Komentar