Ingin Daring tapi Garing, Kurikulum Merdeka Non Garing?

opini
0 Komentar

Pembelajaran Daring di sisi lain dapat menjadikan sebuah Langkah revolusi teknologi pendidikan karena guru dan siswa melek teknologi dalam proses pembelajaran, namun di sisi lain pembelajaran Daring akan membuat kondisi siswa Indonesia menjadi Garing. Kondisi Garing adalah kondisi kekeringan. Siswa menjadi kekeringan secara kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kondisi ini dikenal dengan learning loss. Learning loss menurut The Glossary of Education Reform (https://edglossary.org/) diartikan sebagai kehilangan atau keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang merujuk pada progres akademis, umumnya terjadi karena kesenjangan yang berkepanjangan atau diskontinuitas dalam pendidikan.

Sebuah kondisi yang memprihatinkan untuk kompetensi siswa dan dunia kerja di Indonesia.

Implementasi Kurikulum Merdeka hadir sebagai jawaban dari learning loss yang disebabkan pandemi. Implementasi Kurikulum Merdeka dinyatakan sebagai kurikulum yang memberikan solusi dari learning loss. Pemikiran sebagai solusi karena didasarkan pada www.kurikulum.kemdikbud.go.id, Kurikulum Merdeka dikembangkan dengan lebih fleksibel dan berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik. Karakteristik yang digunakan dalam kurikulum ini:

Baca Juga:Catatan Harian Dahlan Iskan: Rp 78 TriliunCatatan Harian Dahlan Iskan: Ninja Ginsu

Pembelajaran berbasis proyek untuk mengembangkan soft skill dan karakter sesuai profil pelajar Pancasila
Fokus kepada materi esensial sehingga ada waktu untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar antara lain: literasi dan numerasi
Fleksibilitas guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai kemampuan peserta didik
Nampaknya Kurikulum Merdeka yang dikembangkan fleksibel dan berfokus, namun perlu disiapkan mental para siswa yang mengalami learning loss. Para siswa tidak saja mengalami learning loss tapi telah mengalami kekeringan dalam diri atau yang anak-anak muda sering mengatakan bahwa para siswa telah “kena mental”.

Kondisi mental yang nyaman, santai, dan kurang focus selama 2.5 tahun menjadikan berat untuk kembali ke sekolah. Berdasarkan survei siswa yang masih menginginkan pembelajaran Daring masih cukup tinggi yaitu 50.7%. Sementara itu siswa harus mengikuti pembelajaran berbasis proyek.

Pembelajaran berbasis proyek menekankan pada student center. Berikut langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek sebagai berikut :

Siswa diarahkan untuk membuat keputusan dan membuat kerangka kerjanya sendiri.

0 Komentar