Penyimpangan Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran

opini
0 Komentar

  1. Mengabaikan perbedaan peserta didik

Kesalahan berikutnya yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran adalah mengabaikan perbedaan individu peserta didik.

Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, mereka memiliki kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, sosial ekonomi, dan lingkungan, membuat peserta didik berbeda dalam aktivitas, kreativitas, intelegensi, dan kompetensinya. Guru seharusnya dapat mengidentifikasi perbedaan individual peserta didik, dan menetapkan karakteristik umum yang menjadi ciri kelasnya, baru kemudian guru memulai pembelajaran.

What makes a good teacher? Seperti apakah guru yang baik itu? Pertanyaan ini dilontarkan oleh UNESCO kepada para siswa di seluruh dunia. Jawaban para siswa spontan “mereka para siswa membutuhkan perhatian guru”, tetapi lucunya ada guru atau wali kelas yang tidak tahu nama siswa yang dibimbingnya. Inilah kesalahan!

Baca Juga:Masyarakat Diminta Teliti Konsumsi Makanan dan MinumanTrik dan Tips Membuat Dua Akun Whatsapp dengan Satu Handphone

  1. Merasa paling pandai.

Kesalahan paling fatal adalah ketika seorang guru menyepelekan kemampuan siswanya, menganggap guru lebih pintar dari siswanya. Kelebihan apapun yang dimiliki, seorang guru tidak bijak bersikap demikian. Hal inilah yang nantinya akan mengakibatkan proses pembelajaran yang salah yaitu terjadi proses belajar yang bersifat hegemonik, menggurui dan mendikte dan akhirnya peserta didik dipandang sebagai gelas kosong yang perlu diisi air kedalamnya.

  1. Tidak adil (diskriminatif) – Like and dislike

Kesalahan ini tampak dalam penilaian dalam pelaksanaannya tidak sedikit guru yang menyalahgunakan penilaian, misalnya sebagai ajang untuk balas dendam, atau bahkan sebagai ajang untuk menyalurkan rasa suka di luar tanggung jawab sebagai guru. Sehingga, penilaian yang seharusnya merupakan upaya untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik sesuai dengan usaha yang dilakukannya selama proses pembelajaran tidak lagi mencerminkan prinsip-prinsip keadilan, objektivitas dan akuntabilitas.

  1. Memaksa hak peserta didik

Berbagai rencana dan program sekolah yang mengarah pada perbaikan mutu dan pemenuhan kelengkapan sarana pendidikan merupakan suatu keniscayaan dan itu tidak akan berjalan tanpa ada penyertaan dana. Tetapi sering kali hal demikian dijadikan sebagai modus untuk memperoleh keuntungan tambahan, sehingga yang terjadi adalah adanya program yang bersifat mengikat, memaksa hak peserta didik dengan harus menanggung beban biaya yang tidak wajar dan memberatkan.

0 Komentar