Penyimpangan Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran

opini
0 Komentar

Bagi peserta didik yang kondisi ekonomi orang tuanya mengalami kesulitan maka akan mengalami beban psikologis (rasa malu, rendah diri) sehingga belajarnya menjadi tidak tenang dan terganggu. Demikian halnya ketika menghadapi peserta didik yang kritis dan berani, maka hal demikian akan memicu gejolak protes ketidakpuasan yang dapat mengganggu stabilitas belajar. Tidak sedikit sekolah-sekolah yang didemo siswanya karena persoalan manajemen keuangan yang tidak transparan dan akuntabel.

Dari tujuh kesalahan di atas, karena suatu pengalaman dan hasil pengamatan di lapangan, maka penulis menambah tiga hal kesalahan guru dalam pembelajaran yaitu:

  • Kehilangan idealisme

Tidak sedikit guru yang mulai kehilangan gairah dan malas membaca untuk memperdalam kompetensi keilmuan serta mengembangkan wawasannya. Akhirnya, yang sangat dirasakan adalah meskipun guru merupakan komunitas ilmiah dan intelektual tetapi sangat minim karya-karya ilmiah yang ditulis oleh guru. Bahkan lebih ironisnya, banyak guru yang mengalami kesulitan untuk membuat karya tulis ilmiah, sehingga ketika harus dituntut untuk membuat class action research (PTK) menjadi kelabakan tidak karuan. Padahal kompetensi guru sangat berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Jelas hasilnya akan berbeda, antara siswa yang dibimbing oleh seorang guru yang memiliki kompetensi tinggi dengan guru yang kompetensinya pas-pasan.

Baca Juga:Masyarakat Diminta Teliti Konsumsi Makanan dan MinumanTrik dan Tips Membuat Dua Akun Whatsapp dengan Satu Handphone

  • Lemahnya daya kreatif dan inovatif

Banyak siswa mengeluh karena cara guru mengajar yang monoton dan menjenuhkan. Kalau tidak disuruh mencatat, maka kemungkinan lain disuruh mengerjakan LKS, diterangkan atau berdiskusi, itupun tidak dibarengi pengelolaan kelas yang baik. Akhirnya timbul rasa malas dan sulit menyerap materi yang diajarkan. Fenomena ini perlu mendapat perhatian, maka dari itu dibutuhkan guru kreatif dan inovatif, guru yang senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik. Menguasai berbagai metode serta terampil menerapkannya, pandai mengorganisir kelas sehingga suasana menjadi hidup, dan mampu membantu mengonstruksikan ide dan pemikiran yang ada pada peserta didik.

  • Membangun image yang dipaksakan

Setiap menjelang Ujian Nasional hampir semua sekolah merasa galau mengingat persyaratan kelulusan menjadi semakin berat, khawatir di antara peserta didiknya ada yang tidak lulus. Menjadi kebanggaan tersendiri apabila pihak sekolah (guru) berhasil menghantarkan peserta didiknya lulus 100%, apalagi berhasil masuk peringkat dari hasil Ujian Nasional yang diraih. Di mana hal tersebut dianggap sebagai suatu hal yang prestisius. Oleh karena itu setiap sekolah selalu berupaya membangun image yang baik, minimal peserta didiknya lulus 100%, syukur bagi ada yang mencapai prestasi. Alih-alih dalam rangka membangun image, tidak segan-segan pihak sekolah memaksakan kehendak dengan cara yang tidak dibenarkan, muncul kiriman jawaban lewat sms, lewat sobekan-sobekan kertas, pembocoran soal, dan cara-cara lain yang telah diatur rapi. Cara-cara tidak elegan seperti itu harus segera diakhiri, karena cara demikian merupakan pengingkaran profesionalisme sekaligus pengingkaran terhadap komitmen untuk memperbaiki mutu pendidikan. Atau dengan kata lain, cara yang mendorong generasi bangsa agar tetap bodoh.

0 Komentar