Nasib Guru Bak Kue Bolu

Nasib Guru Bak Kue Bolu (Yudi Septawardana, M.A)
Nasib Guru Bak Kue Bolu (Yudi Septawardana, M.A)
0 Komentar

Peserta didik yang terdidik dari orang tua, tentunya sangat memudahkan guru dalam mendidik.

Peserta didik yang kurang terdidik, akan menyulitkan guru dalam menjalankan tugas yang diemban.

Guru sebagai manusia biasa, hadir di sekolah dengan beraneka ragam problematika kehidupan yang dihadapi. Keluarga bermasalah (broken home).

Baca Juga:MANJUR! Begini Cara Mencari Teman di Instagram dengan Nomor Hp Tanpa RibetSerunya Bermain 3 Game Tembak Tembakan Online Gratis, Nikmati Aksi Tanpa Batas!

Bermasalah dengan atasan atau dengan teman sejawat. Hutang selilit pinggang: rumah, pakaian, kendaraan, perkakas dapur, dan sebagainya.

Beban tugas administratif di sekolah yang tambah berat. Misalnya, keharusan mengakses Platform Merdeka Mengajar (PMM) dengan segudang tugas yang mesti diselesaikan.

Syukur, sekolah sudah memiliki wifi gratis. Bagi yang belum, mengakes pribadi kantong kritis.

Problematika di atas, ibarat gunung es dari persoalan yang dihadapi dan ditanggung guru.

Menjadikan argumentasi problematika kehidupan, agar hukuman fisik ditolerir.

Tentu juga kurang elok dilestarikan.

Kemampuan mengendalikan emosi dan menempatkan diri dalam berbagai situasi, menjadi kunci utama bagi seorang guru. Namun, ketika lepas kendali.

Terjadilah hal-hal yang tidak diinginkan.

Tak mungkin ada asap, kalau tidak api. Biasanya guru lepas kendali, dipancing oleh perilaku-perilaku negatif peserta didik.

Misalnya, bullying terhadap teman, badan bertato, merokok, rambut warna-warni, datang terlambat, malas membuat tugas, cabut, dan melanggar aturan sekolah lainnya.

Tentunya, sang guru menasehati berkali-kali.

Baca Juga:Rahasia Kreatif, 2 Cara Bikin Stiker WhatsApp dari Foto Favorit Anda2 Cara Bikin Stiker Whatsapp di iPhone dengan Foto Sendiri, Tanpa Aplikasi dan dengan Aplikasi!

Tidak berubah, akhirnya tindakan-tindakan yang dianggap kurang elok dilakukan oleh seorang guru, seperti, sumpah serapah, menjewer, menampar, menendang, dan lain-lain.

Jika guru memberikan hukuman fisik yang bertujuan mendidik.

Orang tua harus bijaksana dalam menyikapinya. Tidak termakan emosi dan main hakim sendiri.

Kalau guru menendang, jangan dibalas dengan sabetan pedang. Kalau guru menempeleng, jangan dibalas dengan ketapel, hingga terancam buta permanen.

Kalau guru memukul, jangan cari tukang pukul.

Hatta, kalau memang orang tua tidak menerima hukuman, diharapkan tidak langsung melapor ke penegak hukum.

Karena ketika dibawa ke ranah hukum.

Tuntutan sangat berat, tak sesuai dengan nilai pengabdian. Gaji hanya ratusan ribu per bulan, dituntut puluhan juta.

Orang tua yang bijaksana akan menempuh tabayyun dan ishlah melalui mediator orang yang berkompeten (kepala sekolah, tokoh masyarakat, dan pemerintah).

0 Komentar