Sepucuk Surat Cinta untuk Kang Emil

Sepucuk Surat Cinta untuk Kang Emil (foto: Yudi Septawardana)
Sepucuk Surat Cinta untuk Kang Emil (foto: Yudi Septawardana)
0 Komentar

Akhirnya, kami sampai jua di Masjid Al-Jabbar. Disambut dengan hujan yang membasahi jiwa dan raga. Tempat parkir yang jauh. Terpaksa kami berlari bak ibadah sa’i yang dilakukan jamaah haji dan umrah. Ide kreatif dan kolaboratif muncul, daripada nyewa ojek payung. Saya menumpang di bawah payung jamaah yang datang entah dari mana. Sesampai di pelataran masjid, kami disambut dengan wajah penuh senyuman oleh penjaga. Sambil mengingatkan, agar melepaskan alas kaki. Tanpa berpikir panjang dan adu logika. Perintah wajib ditaati, tanpa merasa terintimidasi dan terpaksa. Karena ini masjid yang wajib kita jaga kesuciannya.

Kami bergegas menuju toilet dan tempat wudhu. Hendak menunaikan shalat asar di Masjid al-Jabbar yang tiada tandingannya di Sumatera. Tempat masuk dan batas antara jamaah laki-laki dan wanita sudah diatur sedemikian rupa. Tidak bercampur antara keduanya. Agar tidak bersentuhan antara jamaah yang kelaminnya berbeda. Karena, sebagian ulama memahami firman Allah dalam QS. al-Maidah/5: 6 bahwasanya bersentuhan kulit laki-laki dan wanita dapat membatalkan wudhu keduanya.

Usai berwudhu, kami naik ke lantai dua. Masya Allah. Kang karya mu luar biasa. Saya terkagum-kagum dengan kemegahan masjid yang begitu mewah. Rancangan mu memadukan arsitektur modern kontemporer dengan aksentuasi masjid Turki yang dihiasi seni dekoratif khas Jawa Barat. Bangunan utama masjid tidak memisahkan dinding, atap, dan kubah. Melainkan hasil peleburan ketiganya menjadi satu bentuk setengah bola raksasa.

Baca Juga:Wagub Uu Ruzhanul Dampingi Wapres Resmikan Masjid Syarief AbdurachmanTren Investasi di Kawasan Arumanis Jabar Selatan Meningkat

Saya berharap semoga Kang dijaga dan dibimbing Allah swt. Selalu berkreasi menghasilkan karya yang mendekatkan manusia kepada sang pencipta. Bangunan yang menebar rahmat, bukan mengundang laknat. Bangunan yang mendatangkan maslahah, bukan mafsadah. Bangunan yang menghadirkan persatuan, bukan perpecahan.

Kang, kemegawah Masjid al-Jabbar akan kurang bermakna. Apabila bangunan yang megah itu, tidak dibarengi kegiatan syiar Islam di dalamnya. Banyak masjid indah di pelosok Nusantara. Tapi, miskin dengan syiar Islam. Terjadi pengkerdilan fungsi masjid. Masjid hanya dijadikan sebagai sarana ibadah ritual (shalat) semata.

Rasulullah saw memberikan atensi yang besar terhadap masjid. Sesampai di Madinah saat hijrah bersama Abu Bakar. Beliau tidak membangun rumah. Tidak membangun pasar. Apalagi hotel berbintang lima. Tapi, yang beliau bangun pertama adalah masjid. Karena masjid pada zaman beliau multifungsi, yaitu: (1) Pusat ibadah  (2) Pusat pendidikan dan pengajaran, (3) Pusat penyelesaian problematika umat dalam aspek hukum (peradilan) (4). Pusat pemberdayaan ekonomi umat melalui Baitul Mal. (5) Pusat informasi Islam, (6) Bahkan pemah sebagai pusat  pelatihan militer dan urusan-urusan pemerintahan. Mudah-mudahan kegiatan di masjid al-Jabbar mengarah pada fungsi masjid di atas.

0 Komentar